Ideologi
Yang Berkembang Pada Masa Pergerakan Nasional Indonesia
Indonesia yang mulai menyadari bangsanya terluka akibat
penjajahan dari bangsa Eropa mulai menunjukkan kebangkitannya pada awal abad
ke-20. Pada awal abad ke-20 ini dikenal dengan periode Kebangkitan Nasional.
Keinginana merdeka itu berasal dari beberapa proses pemikiran mulai dari ide
emansipasi atau ingin memiliki kedudukan yang sejajar, mencoba bangkit dari
keterbelakangan hingga cita-cita tinggi ingin membawa bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang memiliki martabat dan meningkatkan taraf hidup bangsa. Ide-ide ini
membentuk ideologi-ideologi yang mendasari munculnya pergerakan nasional bangsa
Indoesia.
Ada beberapa ideologi yang berkembang pada masa atau periode Pergerakan Nasional Indonesia, antara lain adalah sebagai berikut:
Ideologi Liberalisme
Ideologi liberalisme adalah ideologi yang dibawa oleh bangsa Belanda yang memiliki rasa keprihatinan terhadap bangsa Indonesia. Merka menganggap negaranya pantas untuk mendapatkan kemakmuran tapi bangsa yang diajajh tetap memiliki hak untuk setidaknya menikmati kesejahteraannya juga. Mereka menganggap apa yang dilakukan selama ini telah jauh melewati batas dan norma yang seharusnya.
Paham liberalisme sendiri merupakan paham yang mengutamakan kebebasan individu dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat seharusnya berhak untuk memperjuangkan kebebasan pribadinya untuk meningkatkan taraf hidupnya. Paham liberalisme ini dikembangkan oleh organisasi politik Indische partij.
Ideologi nasionalisme
Ideologi nasionalisme adalah ideologi yang menekankan pada rasa cinta dan rela berkorbannya terhadap taah air. Ideologi ini pertama kali diperkenalkan dan menjadi dasar dari perjuangan partai PNI yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Nasionalisme sebagai ideologi menunjukkan jika bangsa Indonesia memiliki kesamaan budaya, ciri, bahasa dan Wilayah dan sudah sepatutnya bangsa Indonesia bersatu dan mengusir para penajah.
Ideologi Komunisme
Ideologi komunis pertama kali diperkenalkan oleh Sneevliet, yang merupakan salah seorang pegawai perkretaapian. Sneevliet ini adlah salah seorang bangsa belanda yang dengan ideologi komunisnya ini mendirikan organisasi bernama Indische Social Democratis the Vereeniging (ISDV). Namun ISDV kesulitan mendapat simpati dari masyarakat karena masyarakat kurang percaya dengan Bangsa Belanda. untuk itu Sneevliet menjalin kerjasama dengan Semaun, seorang kepala cabang Sarekat Islam di Semarang. Akhirnya dari kerjasama ini menghasilkan Partai Komunis Indonesia pada tahun 1920.
Ideologi demokrasi
Ideologi demokrasi pertama kali diperkenalkan di yunani. Pada saat itu demokrasi yang dikenal adalah demokrasi langsung. Namun karena kondisi Indonesia pada saat itu sedang berada dalam penjajahan bangsa lain ideologi demokrasi ini tidak dapat diterapkan di Indoensia. Karena tidak mungkin Belanda menerapkan ideologi demokrasi yang akan membahayakan kedudukannya.
Ideologi Pan-Islamisme
Ideologi pan-Islamisme adalah ideolgi yang berusaha mempersatukan umat islam sedunia. Ideologi ini muncul seiringn dengan jatuhnya dunia islam pada abad ke-19. Ideologi ini membangkitakan rasa perjuangan yang didasari ikatan keagamaan sehingga mendorong munculnya organisasi-organisasi perjuangan seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah dan lain-lain.
Ada beberapa ideologi yang berkembang pada masa atau periode Pergerakan Nasional Indonesia, antara lain adalah sebagai berikut:
Ideologi Liberalisme
Ideologi liberalisme adalah ideologi yang dibawa oleh bangsa Belanda yang memiliki rasa keprihatinan terhadap bangsa Indonesia. Merka menganggap negaranya pantas untuk mendapatkan kemakmuran tapi bangsa yang diajajh tetap memiliki hak untuk setidaknya menikmati kesejahteraannya juga. Mereka menganggap apa yang dilakukan selama ini telah jauh melewati batas dan norma yang seharusnya.
Paham liberalisme sendiri merupakan paham yang mengutamakan kebebasan individu dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat seharusnya berhak untuk memperjuangkan kebebasan pribadinya untuk meningkatkan taraf hidupnya. Paham liberalisme ini dikembangkan oleh organisasi politik Indische partij.
Ideologi nasionalisme
Ideologi nasionalisme adalah ideologi yang menekankan pada rasa cinta dan rela berkorbannya terhadap taah air. Ideologi ini pertama kali diperkenalkan dan menjadi dasar dari perjuangan partai PNI yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Nasionalisme sebagai ideologi menunjukkan jika bangsa Indonesia memiliki kesamaan budaya, ciri, bahasa dan Wilayah dan sudah sepatutnya bangsa Indonesia bersatu dan mengusir para penajah.
Ideologi Komunisme
Ideologi komunis pertama kali diperkenalkan oleh Sneevliet, yang merupakan salah seorang pegawai perkretaapian. Sneevliet ini adlah salah seorang bangsa belanda yang dengan ideologi komunisnya ini mendirikan organisasi bernama Indische Social Democratis the Vereeniging (ISDV). Namun ISDV kesulitan mendapat simpati dari masyarakat karena masyarakat kurang percaya dengan Bangsa Belanda. untuk itu Sneevliet menjalin kerjasama dengan Semaun, seorang kepala cabang Sarekat Islam di Semarang. Akhirnya dari kerjasama ini menghasilkan Partai Komunis Indonesia pada tahun 1920.
Ideologi demokrasi
Ideologi demokrasi pertama kali diperkenalkan di yunani. Pada saat itu demokrasi yang dikenal adalah demokrasi langsung. Namun karena kondisi Indonesia pada saat itu sedang berada dalam penjajahan bangsa lain ideologi demokrasi ini tidak dapat diterapkan di Indoensia. Karena tidak mungkin Belanda menerapkan ideologi demokrasi yang akan membahayakan kedudukannya.
Ideologi Pan-Islamisme
Ideologi pan-Islamisme adalah ideolgi yang berusaha mempersatukan umat islam sedunia. Ideologi ini muncul seiringn dengan jatuhnya dunia islam pada abad ke-19. Ideologi ini membangkitakan rasa perjuangan yang didasari ikatan keagamaan sehingga mendorong munculnya organisasi-organisasi perjuangan seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah dan lain-lain.
Ideologi - ideologi yang berkembang
pada masa pergerakan nasional Indonesia
1. Ideologi Liberialisme
Liberialisme adalah suatu paham yang menghendaki kebebasan individu di segala bidan. Munculnya ideologi ini diakibatkan kekuasan raja yang absolute. Gerakan liberialisme berawal di Perancis yang di pelopori kaum borjuis yang di motivasi oleh Montesqiue, Voltaire, dan Rousseau. Paham liberialisme berkembang di indonesia atas usulan orang belanda penganut liberialisme, karena belanda bersikap kejam terhadap rakyat indonesia
2. Ideologi Nasionalisme
Ideologi nasioanlisme adalah semangat kebangsaan, yaitu cinta terhadap bangsa tanah air. Dengan kata lain, nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa kesetiaan tertinggi seseorang ditunjukkan kepada negara kebangsaanya. Paham nasionalisme pertama kali di Indonesia diperkenalkan oleh organisasi organisasi Partai Nasional Indonesa ( PNI ) yang di pimpin oleh Ir. Soekarno. Tujuan PNI jelas unutk mencapi Indonesia merdeka dan bersifat nonkooperatif dalam perjuanganya
3. Ideologi Komunisme
Ideologi komunisme merupakan paham yang mengutamakan hal kolektif atau kebersamaan, sehingga menentang adanya pengakuan hak individu. Organisasi pergerakan nasional yang mengembangkan ideologi komunis adalah PKI dan ISDV ( Indische Social Democratische Vereniging ).
4. Ideologi Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata demos yang artinya rakyat, dan kratos yang berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi berarti pemerintahan "dari rakyat untuk rakyat". Prinsip - prinsip yang mendasari ide demokrasi adalah konstitusionalisme, kedaulatan rakyat, aparat yang bertanggung jawab, jaminan kewajiban sipi, pemerintah berdasarjan Undang - undang, dan asa mayoritas.
Demokrasi bukan ideologi politik yang digunakan demi kepentingan sekelompok kecil masyarakat ( seperti dalam ide liberalisme klasik) atau untuk kepentingan partai ( seperti dalam ideologi komunisme ). Melainkan untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat, yang diatur secara tertib oleh pemerintag yang terbentuk atas suara mayoritas.
5. Ideologi Pan Islamisme
Pan Islamisme merupakan penjelmaan modern dari ajaran tradisional Islam mengenai persatuan antar umat Islam ( al wahdah al-Islamiyyah atau al-ittihad al-Islamiyyah ). Ajaran ini menyebutkan bahwa kaum muslim termasuk umat Islam unviersal, dimana pun mereka berada. Persatuan Pan Islamisme mengatasi berbagai perbedaan bangsa, budaya, atau etnis di kalangan muslim. Dengan adanya berbagai keragaman ideologi, menjadi dasar dalam perjuangan penguasa kolonial dan strategi yang dilakukan, baik yang bersifat kooperatif artinya mau diajak kerja sama atau memiliki toleransi dengan Belanda. Secara nonkooperatif, artinya tidak mau diajak kerja sama dan keras terhadap Belanda, sehingga hal ini dianggap sebagai suatu ancaman oleh Belanda dalam menanamkan kekuasaanya di Indonesia. Munculnya keragaman ideologi di Indonesia telah memberi damapk bagi strategi yang dilakukan oleh organisasi pergerakan nasional yaitu agar menggunakan semangat persatuan dan kesatuan menghadapi segala bentuk imperialisme dan kolonialsime Barat.
Liberialisme adalah suatu paham yang menghendaki kebebasan individu di segala bidan. Munculnya ideologi ini diakibatkan kekuasan raja yang absolute. Gerakan liberialisme berawal di Perancis yang di pelopori kaum borjuis yang di motivasi oleh Montesqiue, Voltaire, dan Rousseau. Paham liberialisme berkembang di indonesia atas usulan orang belanda penganut liberialisme, karena belanda bersikap kejam terhadap rakyat indonesia
2. Ideologi Nasionalisme
Ideologi nasioanlisme adalah semangat kebangsaan, yaitu cinta terhadap bangsa tanah air. Dengan kata lain, nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa kesetiaan tertinggi seseorang ditunjukkan kepada negara kebangsaanya. Paham nasionalisme pertama kali di Indonesia diperkenalkan oleh organisasi organisasi Partai Nasional Indonesa ( PNI ) yang di pimpin oleh Ir. Soekarno. Tujuan PNI jelas unutk mencapi Indonesia merdeka dan bersifat nonkooperatif dalam perjuanganya
3. Ideologi Komunisme
Ideologi komunisme merupakan paham yang mengutamakan hal kolektif atau kebersamaan, sehingga menentang adanya pengakuan hak individu. Organisasi pergerakan nasional yang mengembangkan ideologi komunis adalah PKI dan ISDV ( Indische Social Democratische Vereniging ).
4. Ideologi Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata demos yang artinya rakyat, dan kratos yang berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi berarti pemerintahan "dari rakyat untuk rakyat". Prinsip - prinsip yang mendasari ide demokrasi adalah konstitusionalisme, kedaulatan rakyat, aparat yang bertanggung jawab, jaminan kewajiban sipi, pemerintah berdasarjan Undang - undang, dan asa mayoritas.
Demokrasi bukan ideologi politik yang digunakan demi kepentingan sekelompok kecil masyarakat ( seperti dalam ide liberalisme klasik) atau untuk kepentingan partai ( seperti dalam ideologi komunisme ). Melainkan untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat, yang diatur secara tertib oleh pemerintag yang terbentuk atas suara mayoritas.
5. Ideologi Pan Islamisme
Pan Islamisme merupakan penjelmaan modern dari ajaran tradisional Islam mengenai persatuan antar umat Islam ( al wahdah al-Islamiyyah atau al-ittihad al-Islamiyyah ). Ajaran ini menyebutkan bahwa kaum muslim termasuk umat Islam unviersal, dimana pun mereka berada. Persatuan Pan Islamisme mengatasi berbagai perbedaan bangsa, budaya, atau etnis di kalangan muslim. Dengan adanya berbagai keragaman ideologi, menjadi dasar dalam perjuangan penguasa kolonial dan strategi yang dilakukan, baik yang bersifat kooperatif artinya mau diajak kerja sama atau memiliki toleransi dengan Belanda. Secara nonkooperatif, artinya tidak mau diajak kerja sama dan keras terhadap Belanda, sehingga hal ini dianggap sebagai suatu ancaman oleh Belanda dalam menanamkan kekuasaanya di Indonesia. Munculnya keragaman ideologi di Indonesia telah memberi damapk bagi strategi yang dilakukan oleh organisasi pergerakan nasional yaitu agar menggunakan semangat persatuan dan kesatuan menghadapi segala bentuk imperialisme dan kolonialsime Barat.
Keragaman Ideologi serta Dampaknya terhadap Pergerakan
Kebangsaan Indonesia
Pergerakan Nasional Indonesia yang muncul pada dekade pertama
abad ke-20 merupakan suatu fenomena baru dalam sejarah bangsa Indonesia. Dalam
hal tertentu, Pergerakan Nasional dapat dianggap sebagai lanjutan perjuangan
yang masih bersifat pranasional dalam menentang praktik-praktik kolonialisme
]dan imperialisme Belanda pada masa-masa sebelumnya. Akan tetapi, ada sedikit
perbedaan di antara keduanya, yaitu bahwa Pergerakan Nasional Indonesia yang
muncul pada permulaan abad ke-20 itu telah mengambil bentuk lain. Pergerakan
Nasional pada awal abad ke-20 lebih terorganisasi, mempunyai asas dan tujuan
yang jelas, berjangkauan panjang, serta mempunyai ideologi baru, yaitu
menciptakan masyarakat maju. Suatu ideologi yang kemudian mengalami pendewasaan
dengan hasrat mendirikan sebuah negara nasional.
1. Ideologi yang Berkembang pada Masa Pergerakan Nasional
Indonesia Nasionalisme Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada
masa lalu bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan Pergerakan
Nasional Indonesia. Oleh karena itu, sifat dan corak
perkembangannya tampil sesuai dengan sifat dan corak organisasi pergerakan yang
mewakilinya. Sifat dan corak nasionalisme pada saat lahirnya Budi Utomo (1908)
misalnya, berbeda dengan nasionalisme yang dikembangkan oleh Sarekat Islam dan
]Indische Partij. Kelahiran Budi Utomo telah dilandasi oleh nasionalisme dalam
bentuk yang masih samar-samar, hal itu tampak dari aktivitasnya. Perkumpulan
Budi Utomo dengan jelas membatasi gerakannya pada Jawa dan Madura. Sasaran
perjuangannya juga tampak belum tegas perjuangan politik atau terbatas pada
sosial budaya. Sikap ragu-ragu itu menyebabkan aktivitasnya cenderung hanya di
bidang kebudayaan.
Lahirnya Sarekat Islam (1912) memberikan titik terang bagi
perkembangan nasionalisme Indonesia. Latar belakang ekonomis perkumpulan ini
adalah persaingan dengan pedagang perantara Cina. Akan tetapi, Sarekat Islam
lahir tidak semata-mata hanya karena mengadakan perlawanan terhadap pedagang
Cina, tetapi membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat pribumi.
Keanggotaan Sarekat Islam berhasil sampai pada lapisan masyarakat kelas bawah
dengan lingkup yang lebih luas. Akan tetapi, ada ciri-ciri yang dijiwai oleh
Islam pada organisasi tersebut telah menutup kemungkinan masuknya anggota dari
masyarakat non-Islam. Perkembangan nasionalisme Indonesia mengarah pada konsep
nasionalisme yang bercorak ekonomi, religius, dan demokratis.
Lebih luas dan tegas dari kedua organisasi di atas adalah
konsep nasionalisme yang diperkenalkan oleh Indische Partij. Walaupun belum
menggunakan nama Indonesia, organisasi ini telah dengan tegas mencanangkan
kemerdekaan Tanah Air dan bangsa Hindia lepas dari Nederland sebagai akhir dari
tujuan perjuangannya. Nasionalisme yang dikembangkan memiliki corak yang tegas,
bahkan radikal. Hal itu pula yang telah menempatkan organisasi tersebut sebagai
organisasi politik pertama di Indonesia. Meskipun usianya tidakpanjang, konsep
nasionalisme yang dicanangkan memberikan angin dan corak baru bagi perjuangan
pergerakan kebangsaan kaum pribumi.
Organisasi yang memberikan andil sangat besar dalam
mempertegas danmendewasakan konsep nasionalisme Indonesia menjadi konsep
nasionalisme yang sesungguhnya adalah perkumpulan mahasiswa Indonesia di
Negeri\ Belanda yang bernama Perhimpunan Indonesia (PI). Pada mulanya,
organisasiitu bernama Indische Vereeniging (1908). Seperti halnya Budi Utomo
yang lahir di Indonesia, organisasi itu semula hanyalah perkumpulan
sosiokultural. Akan tetapi, sejak 1925 Indische Vereeniging telah berkembang
menjadi organisasi politik. Sebagai bagian dari identitas nasional yang baru,
Indische Vereeniging memakai nama Perhimpunan Indonesia serta menggunakan nama
Indonesia Merdeka pada judul majalahnya. Lewat organisasi PerhimpunanIndonesia
itulah, konsep nasionalisme diberi corak yang lebih tegas dan revolusioner.
Kecuali tuntutannya yang tegas tentang kemerdekaan Indonesia dengan
kekuatan sendiri, Perhimpunan Indonesia juga telah memberikan sumbangan yang
sangat penting bagi perkembangan nasionalisme Indonesia itusendiri. Sumbangan
itu berupa penggunaan nama Indonesia sebagai identitas nasional dan nama
bagi bangsa dan negara yang sedang diperjuangkan untukmerdeka.
Kelahiran Partai Nasional Indonesia (PNI) di Indonesia tahun
1927 pada hakikatnya melanjutkan ide-ide yang dikembangkan oleh Perhimpunan
Indonesiaselain dilandasi oleh nasionalisme yang revolusioner. Dicetuskannya
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan bukti bahwa nasionalisme
telah melandasi dan dijunjung tinggi dalam aktivitas bangsa Indonesia. Dalam
keputusan itu dicantumkan alasan utamanya untuk bersatu adalah kemauan bersama
yang akan mengatasi alasan-alasan lainnya dengan tetap menghormati
perbedaan-perbedaan yang ada.
Dari pertumbuhan dan perkembangan organisasi Pergerakan
Nasional Indonesia, tampaklah bahwa proses pendewasaan dan pematangan konsep
nasionalisme Indonesia bergerak dari nasionalisme kultural, berkembang
kesosio-ekonomis dan memuncak menjadi nasionalisme revolusioner.
a. Budi Utomo (20 Mei 1908)
Untuk membangkitkan jiwa kebangsaan dan rasa harga diri yang
kuat terhadap seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, kaum terpelajar
yangdipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dan (pemuda) Sutomo mulai
menggerakkan para pemuda dan pelajar Indonesia untuk membentuk organisasi yang
akan bergerak dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Pada tahun
1906, kaum terpelajar tersebut mulai terjun ke daerah-daerah untuk mencari
dukungan moral dan material dari kaum bangsawan, para pegawai, dan dermawan
agar bersedia secara aktif membantu usaha dalam memperbaiki nasib bangsanya.
Dalam ceramahnya di depan para pelajar STOVIA, dr. Wahidin Sudirohusudo
melontarkan keinginannya untuk mendirikan badan pendidikan yang disebut
studiefonds. Ajakan tersebut mendapat sambutan hangat dari seluruh pelajar.
Salah seorang pelajar STOVIA yang bernama Sutomo segera
menghubungi kawan-kawannya untuk mendiskusikan mengenai nasib bangsanya. Pada
hari Minggu, tanggal 20 Mei 1908 Sutomo dan kawan-kawannya di ruang
kelasSekolah Kedokteran STOVIA di Batavia atau Jakarta mendirikan sebuah
perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo (Budi Luhur). Para pelajar yang aktif
dalam pembentukan Budi Utomo tersebut adalah M. Suradji, Muhammad Saleh, Mas
Suwarno, Muhammad Sulaiman, Gunawan, dan Gumbreg. Pada akhir pidatonya, Sutomo
mengatakan, “berhasil dan tidaknya usaha ini bergantung kepada kesungguhan hati
kita, bergantung kepada kesanggupan kita bekerja. Saya yakin bahwa nasib Tanah
Air di masa depan terletak di tangan kita.” Ucapan itu disambut dengan tepuk
tangan yang amat meriah.
Budi Utomo setelah terbentuk, para pengurus dan anggotanya
segera mempropagandakan mengenai maksud dan tujuan pembentukan organisasi
tersebut kepada semua masyarakat, terutama kelompok pelajar, pegawai, kaum
priayi, dan pedagang kecil. Propaganda itu ternyata mendapat sambutan hangat.
Berita tentang pembentukan Budi Utomo akhirnya tersiar juga lewat surat kabar
sehingga diketahui oleh pelajar-pelajar di berbagai kota. Akhirnya, para
pelajar di kota-kota, seperti Yogyakarta, Magelang, dan Probolinggo ikut
mendirikan cabang-cabang Budi Utomo. Nama Sutomo sebagai pendiri dan
ketua umumBudi Utomo makin populer sekaligus mengundang risiko besar.
Beberapa staf pengajar dan pemerintah Belanda menuduh Sutomo
dan kawan-kawannya sebagai pemberontak. Sutomo diancam akan dipecat dari
sekolahnya. Akan tetapi, kawan-kawannya mempunyai solidaritas tinggi.
JikaSutomo dikeluarkan, mereka akan ikut keluar juga. Dalam persidangan di
sekolah, Sutomo masih dipertahankan oleh pemimpin umum STOVIA, Dr. H. E. Roll
sehingga ia dan kawan-kawannya tidak jadi dikeluarkan dari sekolah.
Jelaslah bahwa setiap perjuangan pasti mendapat tantangan, rintangan,
bahkanancaman, tetapi mereka tetap tegar.
Budi Utomo berkembang makin besar sehingga perlu
menyelenggarakan kongres. Untuk keperluan itu, mereka mempersiapkan
segala sesuatunya atasusaha sendiri.
Dr. Wahidin berkampanye keliling daerah untuk mendapatkan
dukungan dan bantuan dari semua pihak. Kongres Budi Utomo yang pertama berhasil
diselenggarakan pada tanggal 5 Oktober 1908 di Yogyakarta. Dalam
kongresdihasilkan beberapa keputusan penting, seperti:
- merumuskan tujuan utama Budi Utomo, yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, ilmu pengetahuan dan seni budaya bangsa Indonesia;
- kedudukan pusat perkumpulan berada di Yogyakarta;
- menyusun kepengurusan dengan Ketua R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar (Jawa Tengah);
- kegiatan Budi Utomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan
- wilayah gerakannya difokuskan di Jawa dan Madura
- BU tidak ikut mengadakan kegiatan politik.
Penyerahan pimpinan pusat organisasi oleh Sutomo kepada kaum
tua tersebut mempunyai tujuan strategis berikut:
- menghargai kaum tua yang lebih berpengalaman;
- mengajak kaum tua untuk ikut memikirkan dan memajukan pendidikanrakyat lewat Budi Utomo;
- Sutomo dan kawan-kawannya masih harus menyelesaikan pendidikannya lebih dahulu di STOVIA, Jakarta.
Pada tahun awal berkembangnya Budi Utomo dapat menjadi tempat
penyaluran keinginan rakyat yang ingin maju dan tempat mengabdi tokoh-tokoh
terkemuka terhadap bangsanya.
Tokoh-tokoh yang pernah menjabat Ketua Budi Utomo, antara
lain R.T.Tirtokusumo (1908–1991), Pangeran Aryo Noto Dirodjo dari Istana Paku
Alam (1911–1914), R.Ng. Wedyodipura atau Radjiman Wedyoningrat (1914–1915), dan
R.M. Ario Surjo Suparto atau Mangkunegoro VII (1915). Oleh karena pemimpin Budi
Utomo umumnya berasal dari kaum bangsawan, banyaklah dana yang disumbangkan
untuk kemajuan pengajaran. Dengan demikian, lahirlah badan bantuan
pendidikan atau studiefonds yang diberi nama DarmaWara. Hal inilah yang
dicita-citakan oleh dr. Wahidin.
Sejak tahun 1908 hingga tahun 1915, Budi Utomo hanya bergerak
di bidang sosial dan budaya terutama pada bagian pengajaran. Namun,
setelahtahun 1925 itu Budi Utomo ikut terjun ke dunia politik. Perubahan haluan
ini terjadi karena adanya pengaruh dari organisasi pergerakan lain yang
bercorak politik, seperti Indische Partij dan Sarekat Islam.
Tujuan Budi Utomo berpolitik adalah untuk mendapat bagian
dalam pemerintahan yang akan dipegang oleh golongan pelajar pribumi. Kegiatan
Budi Utomo dalam bidang politik, antara lain sebagai berikut.
- Budi Utomo ikut duduk dalam komite Indie Weerbaar yang dikirim ke Negeri Belanda untuk membahas pertahanan Hindia Belanda pada tahun 1916–1917.
- Budi Utomo juga mengusulkan pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) bagi penduduk pribumi, ketika wakilnya dalam Comite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda) berangkat ke Negeri Belanda.
- Budi Utomo berpartisipasi dalam pembentukan Komite Nasional untukmenghadapi pemilihan anggota Volksraad.
- Budi Utomo berpartisipasi aktif sebagai anggota Volksraad, bahkan menempati dua dalam hal jumlah anggota di antara anggota pribumi.
- Budi Utomo mencanangkan program politiknya berupa keinginan mewujudkan pemerintahan parlementer yang berasas kebangsaan.
- Pada tahun 1927, Budi Utomo memprakarsai dan bergabung dalam Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) .
- Dokter Sutomo banyak mendirikan studieclub yang dalam praktiknya juga dapat membahas soal-soal politik. Pada tahun 1935 Indonesisch Studie Club di Surabaya bergabung dengan Sarekat Madura menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), kemudian PBI digabung dengan Budi Utomomenjadi Partai Indonesia Raya (Parindra).
Budi Utomo dalam bidang politik meskipun kalah progresif jika
dibandingkan dengan Sarekat Islam, Indische Partij, dan PNI, tetaplah sebagai
pembuka jalan dan pelopor Pergerakan Nasional Indonesia. Karena peranan dan
jasanya yang besar itulah, tanggal kelahiran Budi Utomo, 20 Mei,
ditetapkan sebagaiHari Kebangkitan Nasional dan diperingati setiap tahun oleh
bangsa Indonesia.
b. Sarekat Islam (1912)
Rintisan lahirnya Sarekat Islam sebenarnya telah dimulai
sejak tahun 1909 oleh R.M. Tirtoadisuryo di Batavia (Jakarta). Ia telah
mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) di Batavia dan Bogor. Pada tahun 1911
para pedagang batik di kota Surakarta juga mendirikan Sarekat Dagang Islam
(SDI) yang dipimpin oleh Haji Samanhudi. Tujuan pembentukan SDI adalah
memperkuat usaha dagang golongan pribumi agar mampu bersaing dengan para
pedagang Cina. Pada masa itu usaha dagang mulai dari kota-kota besar sampai di
kecamatan memang dikuasai oleh orang-orang Cina. Nama Islam dicantumkan karena\
hampir semua pedagang pribumi beragama Islam, sehingga diharapkan akan tertarik
untuk menjadi anggota. Lahirnya SDI mendapat sambutan hangat dari para pedagang
pribumi sehingga jumlah anggota dan cabangnya makin besar pula. Melihat
perkembangannya yang cerah, Haji Samanhudi ingin organisasinya berbadan hukum.
Atas saran Umar Said, nama Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam
(SI) agar lebih luas ruang gerak organisasinya. Dengan demikian, orang-orang
Islam yang bukan pedagang pun dapat menjadi anggota. Haji Samanhudi menyetujui
usul itu sehingga pada tanggal 10 September 1912 berita acara tentang
berdirinya Sarekat Islam itu disampaikan kepada notaris untuk disahkan.
Adapun tujuan pendirian Sarekat Islam berdasarkan akta
notaris yang akan disampaikan, antara lain sebagai berikut:
- memajukan usaha perdagangan golongan pribumi,
- memajukan kecerdasan dan kehidupan rakyat sesuai dengan ajaran agama Islam,
- menghilangkan paham-paham yang keliru dalam praktik kehidupan\keagamaan menurut Al-Qur’an dan Hadist, dan
- memperkuat rasa persaudaraan dan persatuan di antara sesama anggota dan umat Islam.
Asas dan tujuan SI yang praktis dan sifat merakyat
menyebabkan\ perkembangan organisasi yang sangat cepat. Melihat perkembangan
yang demikian itu, pemerintah kolonial Hindia Belanda pun khawatir tidak akan
mampu mengendalikannya. Oleh karena itu, usulan berbadan hukum bagi Sarekat
Islam pusat ditolak (30 Juni 1913), tetapi untuk Sarekat Islam sebagai cabang
diizinkan. Meskipun demikian, Sarekat Islam tetap berkembang pesat. Buktinya
dalam tahun 1914 telah berdiri 56 cabang SI yang berbadan hukum dan pada tahun
1916 menjadi 80 cabang SI yang berbadan hukum dengan jumlah anggota 360.000
orang. Dengan makin banyak cabang SI yang berdiri, H.O.S Cokroaminoto
mendirikan Central Sarekat Islam (CSI) yang anggotanya bukan perorangan, tetapi
cabang-cabang SI di daerah-daerah.
Sarekat Islam mengadakan kongres pertama di Surabaya pada
tanggal 20 Januari 1913. Kongres itu menetapkan bahwa SI bukanlah partai
politik. SI tidak akan melawan pemerintah Hindia Belanda, serta Surabaya
ditetapkan menjadi pusat SI. Pernyataan demikian itu, sebenarnya hanyalah di
atas kertas saja dengan maksud agar tidak dicurigai oleh pemerintah kolonial
Belanda. Pada praktiknya, SI sering membahas masalah-masalah politik,
memperjuangkan\ nasib rakyat, mendesak pemerintah agar dibentuk volksraad, dan
menyebarluaskan cita-cita mencapai pemerintahan sendiri. Tentu saja hal itu
menyebabkan aktivitas SI selalu diawasi secara ketat oleh pemerintah kolonial
Belanda. SI tetap tegar dan terus maju pantang mundur sebab SI dipimpin oleh
orangorang yang berjiwa merdeka dan sangat militan, seperti H.O.S Cokroaminoto,
H. Agus Salim, H. Samanhudi, Abdul Muis, H. Gunawan, Wondoamiseno,
Sosrokardono, dan Suryopranoto. Mereka juga pengurus besar CSI. Kongres kedua
SI diselenggarakan di Surakarta. Kongres menegaskan bahwa SI hanya untuk rakyat
biasa, pegawai pamong praja tidak boleh menjadi anggota. Pegawai pangreh praja
dilarang menjadi anggota karena dikhawatirkan mereka tidak akan berani
menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan nasib rakyat. Bahkan, bisa jadi mereka
akan memata-matai kegiatan SI.
Setelah Central Sarekat Islam berhasil dibentuk di Surabaya
(16 Maret 1916), SI segera mengadakan kongres ketiga di Bandung pada tanggal
17–24 Juni 1916. Kongres itu disebutnya sebagai Kongres Nasional Sarekat Islam
dengan alasan sebagai berikut.
- Kongres tersebut dihadiri oleh 80 cabang SI lokal di seluruh Indonesia. Jumlah anggota SI pada saat itu telah mencapai 800.000 orang.
- SI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk pribumi sebagai satu bangsa berdaulat. Kongres ini memang sengaja digunakan sebagai sarana unjuk kekuatan kesatuan umat Islam menuju kesatuan seluruh penduduk pribumi.
Pada tahun 1917, SI mengadakan kongres keempat di Batavia.
Dalam kongres itu, SI kembali menegaskan tujuan pembentukan organisasinya,
yaitu ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres itu,
SI juga mendesak agar pemerintah membentuk volksraad. Untuk itu, SI
mencalonkan H.O.S. Cokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakil yang akan
dudukdalam Volksraad.
Jumlah anggota SI terus meningkat, pada tahun 1919 telah
mencapai 2.250.000 orang. Akan tetapi, sangat disayangkan karena sebelum
kongreskeempat SI dilaksanakan, organisasi itu telah tersusupi ideologi
sosialis kiri yang dibawa oleh Semaun, Ketua SI lokal Semarang. Semaun
sebenarnya adalah tokoh ISDV berhalauan Marxisme. Tujuannya menyusup ke dalam
tubuh SI adalah untuk menyebarkan paham sosialis kiri yang sangat radikal.
Sehubungan dengan keadaan itu, pada tahun 1921 CSI menerapkan
disiplin organisasi dengan melarang anggotanya untuk merangkap menjadi anggota
organisasi lain. Akibatnya, Semaun beserta pengikutnya dipecat dari SI. Pada
tahun 1923 lewat kongresnya di Madiun (17–20 Februari 1923) SI mengubah namanya
menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
SI Merah pimpinan Semaun juga mengubah namanya menjadi
Sarekat Rakyat yang kemudian bergabung dengan Partai Komunis Indonesia pada
tahun 1923.
c. Indische Partij (1912)
Indische Partij (IP) didirikan oleh Ernest Francois Douwes
Dekker (Danudirjo Setyabudi), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat
di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Mereka terkenal dengan sebutan
Tiga\Serangkai. Sebelum membentuk Indische Partij, mereka telah memropagandakan
Hindia untuk Hindia. Douwes Dekker ingin menanamkan perasaan kebangsaan
terhadap orang-orang kulit putih dan kulit berwarna yang lahir di Hindia
Belanda (Indonesia). Ia ingin menyatukan orang-orang kulit putih dan kulit
berwarna.
Indische Partij adalah organisasi yang pertama kali bergerak
dalam bidang politik dengan haluan asosiasi dan kooperatif.
Untuk mewujudkan cita-citanya, Indische Partij dalam program
kerja telah menetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1) meresapkan cita-cita kesatuan nasional Hindia (Indonesia),
2) memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di
bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan,
3) berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang
Hindia,
4) memperbesar pengaruh pro-Hindia di dalam pemerintahan,
5) meningkatkan pengajaran yang kegunaannya harus ditujukan
untuk kepentingan ekonomi Hindia,
6) memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan
memperkuat mereka yang memiliki ekonomi lemah,
7) memberantas usaha yang membangkitkan kebencian antara
agama yang satu dan agama lainnya.
Pasal-pasal itu pula yang membuktikan bahwa Indische Partij
merupakan partai politik yang pertama muncul di Indonesia. Dalam waktu singkat
IP mempunyai 30 cabang dengan anggota lebih dari 7.000 orang.
Karena Indische Partij bersifat progresif dengan tujuan ingin
merdeka, pemerintahan Hindia Belanda cemas dan bersikap tegas. Permohonan
Indische Partij untuk mendapat pengakuan sebagai badan hukum pada bulan Maret
1913 kepada pemerintah kolonial Belanda ditolak. Alasannya, organisasi itu
bersifat politik dan mengancam keamanan umum. Meskipun kemudian ada perubahan
dalam anggaran dasarnya, permohonan Indische Partij untuk berbadan hukum tetap
ditolak.
Dokter Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat selain
memimpinIndische Partij juga memimpin suatu lembaga yang diberi nama Komite
Bumiputra. Komite itu memohon kepada Raja Belanda agar pemerintah mencabut
peraturan tentang hukuman terhadap orang pribumi yang dicurigai bermaksud
jahat. Dokter Cipto Mangunkusumo juga menulis tentang sejarah dan filsafat
bangsa Jawa
Suwardi Suryaningrat mengecam pemerintah Belanda dengan
menulis artikel yang berjudul Als Ik eens Nederlander was yang berarti
Seandainya AkuSeorang Belanda. Akibat tulisan tersebut, Belanda menjatuhkan
hukuman pengasingan kepada ketiganya. Douwes Dekker diasingkan ke Timor, dr
Cipto Mangunkusumo diasingkan ke Banda, dan Suwardi Suryaningrat diasingkan ke
Bangka. Hukuman itu kemudian diubah. Ketiganya boleh memilih tempat pengasingan
ke luar negeri. Mereka akhirnya memilih Negeri Belanda. Akibat pengasingan
tersebut pengikut dan pendukung Indische Partij bubar dan banyak yang
masuk ke dalam perkumpulan Insulinde, yakni organisasi peranakan Eropadan orang
Eropa yang ingin tetap tinggal di Hindia.
Pada tahun 1918, tokoh Tiga Serangkai diperbolehkan pulang ke
Tanah Air. Di Tanah Air, ketiga tokoh tersebut segera bergabung dengan
Insulinde dan mempunyai pengaruh besar di dalamnya. Akhirnya, perkumpulan
itu dapatmenjadi partai yang berjuang menuju kemerdekaan. Oleh karena pengaruh
SI sangat kuat menyebabkan Partij Insulinde makin lemah. Dengan perkembangan
baru tersebut, pada bulan Juni 1919 Partij Insulinde diubah namanya menjadi
National Indische Partij (NIP). Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker kembali
menjadi pengurus besarnya.
National Indische Partij menyusun anggaran dasar baru. Maksud
dan tujuan organisasinya hampir sama dengan Indische Partij sehingga pada tahun
1923 National Indische Partij dilarang beraktivitas politik pemerintah Belanda.
Pemimpin partai kemudian memutuskan tidak akan mendirikan partai lagi dan
menganjurkan supaya para anggotanya memasuki salah satu partai yang ada untuk
melanjutkan perjuangan.
Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat melanjutkan perjuangan
melalui\ jalur pendidikan. Douwes Dekker membuka perguruan nasional dengan nama
Kesatrian Institut setingkat SD di Pasir Kaliki, Bandung. Suwardi
Suryaningratpada tahun 1922 mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta.
Setelah mendirikan Taman Siswa, Suwardi Suryaningrat lebih dikenal dengan nama
Ki Hajar Dewantara. Dokter Cipto Mangunkusumo melanjutkan perjuangan politik
secara bebas dan menerbitkan surat kabar berbahasa Jawa yang bernama Panggugah.
d. Perkumpulan-Perkumpulan Berdasarkan Kedaerahan
Organisasi sosial politik yang berkembang pada masa
Pergerakan Nasional Indonesia, selain ingin mencapai Indonesia merdeka,
ada pula yang masih inginmemajukan unsur kedaerahan.
Organisasi yang masih ingin memajukan unsur kedaerahan,
antara lain sebagai berikut.
1) Pasundan
Organisasi Pasundan berdiri pada bulan September 1914 di
Batavia. Perkumpulan ini didirikan karena rasa kurang puas terhadap Budi Utomo.
Alasannya, Budi Utomo hanya diperuntukkan bagi masyarakat Jawa (Jawa
Tengah dan Jawa Timur) dan Madura. Dengan demikian,
masyarakat Pasundan yang terkadang tidak bersedia disebut Jawa (meski secara
geografis, mereka berada di Jawa) merasa tidak tersalurkan keinginannya. Untuk
memenuhi hasrat nasionalismenya, masyarakat Pasundan mendirikan organisasi yang
disebut Pasundan. Pasundan pada awalnya banyak bergerak di bidang sosial
budaya,tetapi lama kelamaan perkumpulan itu juga bergerak di bidang politik.
Pasundan sangat menjunjung tinggi sikap kooperasi dengan
pemerintah kolonial Belanda. Pasundan menginginkan kemajuan ke arah persatuan
dan cinta Tanah Air. Oleh karena itu, Pasundan menggabungkan diri dalam
Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
2) Sarekat Sumatera
Perkumpulan Sarekat Sumatera didirikan oleh orang-orang
Sumatera yang berada di Batavia pada tahun 1918. Aktivitas perkumpulan Sarekat
Sumatera diarahkan pada bidang politik dan ekonomi. Tujuan aktivitasnya dalam
bidang ekonomi adalah agar rakyat Sumatera bisa mandiri memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Sarekat Sumatera menolak komunisme dan bersifat netral
terhadap agama (tidak membatasi agama tertentu) untuk menjadi anggotanya.
Sarekat Sumatera juga turut bergabung dalam Permufakatan Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
3) Organisasi Orang-Orang dari Ambon
Sebelum didirikan Sarekat Ambon pada tanggal 9 Mei 1920 oleh
A.S. Patty di Semarang sebagai suatu partai politik di Indonesia, sebenarnya
telah terdapat banyak perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang Ambon.
Perkumpulan itu, antara lain sebagai berikut.
a) Wilhelmina didirikan di Magelang tanggal 1 September 1908.
b) Perkumpulan Ambonsch Studiefonds berdiri tahun 1909.
c) Ambon’s Bond berdiri tahun 1911 di Amboina.
d) Mens Muria berdiri di Semarang tahun 1913.
e) Sou Maluku Ambon didirikan di Ambon.\
Meskipun semua anggotanya adalah pemeluk agama Kristen,
Sarekat Ambon tetap berpendirian netral terhadap agama. Mereka mencintai aksi
kebangsaan Indonesia. Berbeda dengan Pasundan dan Sarekat Sumatera, Sarekat
Ambon tidak bergabung dalam PPPKI karena organisasi itu dianggap terlalu
memperjuangkan satu agama saja.
4) Organisasi Orang-Orang dari Minahassa
Pada bulan Agustus 1912, para pemimpin Minahassa mendirikan
Rukun Minahassa di Semarang. Tujuan pendirian organisasi itu adalah mencapai
derajat hidup yang layak bagi rakyat Minahassa. Anggotanya terdiri atas
orang-orang Manado. Rukun Minahassa juga sudah menggabungkan diri dengan PPPKI
dan bersikap kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda.
5) Kaum Betawi
Kaum Betawi didirikan pada tanggal 1 Januari 1923. Tujuan
pendirian Kaum Betawi adalah memajukan pengajaran, perdagangan, kerajinan, dan
penjagaan kesehatan untuk orang-orang Betawi, khususnya, dan orang pribumi
lain, pada umumnya. Sikapnya terhadap pemerintah kolonial adalah kooperatif.
6) Organisasi Orang-orang dari Madura
Perkumpulan orang-orang dari Madura ini didirikan di Surabaya
pada bulan Januari 1920. Tujuannya adalah mencapai kemajuan di bidang ekonomi,
sosial, dan budaya. Anggota perkumpulan Madura di Surabaya sangat sedikit
karena organisasi itu tidak mencampuri urusan politik.
7) Perkumpulan Orang-Orang dari Timor
Perkumpulan orang-orang dari Timor didirikan di Makassar pada
bulan September 1921 dengan nama Timor Verbond (Perhimpunan Timor) oleh J.W.
Ammolio. Tujuannya adalah mendukung anggota dan mempertinggi keadaan golongan
Timor dalam hal kebudayaan, ekonomi, dan sosial. Selain terbentuk Timor
Verbond, didirikan juga Sarekat Timor pada bulan Desember 1924.
e. Organisasi Pergerakan Bersifat Keagamaan
Organisasi pergerakan bersifat keagamaan yang lahir pada masa
Pergerakan Nasional, antara lain sebagai berikut.
1) Muhammadiyah
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh H. Ahmad Dahlan di
Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya adalah Islam dan
kebangsaan Indonesia. Sifat organisasi Muhammadiyah adalah nonpolitik.
Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial budaya yang
menjurus kepada tercapainya kebahagiaan lahir dan batin. Maksud dan tujuan
dalam anggaran dasar Muhammadiyah disebutkan “untuk menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yangsebenar-benarnya.”
Tujuan pokok yang tercantum dalam anggaran dasar tersebut
dapat dijabarkan lagi menjadi tujuan yang bersifat operasional, antara lain
sebagai berikut.
a) Pengembalian ajaran Islam secara murni menurut Al-Qur’an
dan Hadits.
b) Peningkatan pendidikan dan pengajaran yang berlandaskan
agama Islam.
c) Pendorong umat Islam untuk hidup selaras dengan ajaran
agama Islam.
d) Pembinaan dan penyiapan generasi muda agar kelak dapat
menjadi pemimpin masyarakat, agama, dan bangsa yang adil dan jujur.
e) Berusaha meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia,
pada umumnya, dan umat Islam, pada khususnya.
f) Ikut menyantuni anak-anak yatim piatu.
Muhammadiyah merupakan gerakan reformasi Islam di Indonesia.
Muhammadiyah berusaha menghapuskan bidah, takhayul, dan
takhlik yang ada dalam masyarakat. Muhammadiyah berani melahirkan pikiran yang
sehat dan murni dengan dasar Al-Qur’an dan hadits.
Di antara sekian amal usaha di dalam Muhammadiyah yang paling
menonjol ialah usaha di bidang pendidikan dan sosial. Walaupun pada saat itu
sudah ada sekolah-sekolah, dirasakan tetap saja belum merata. Padahal
pendidikan dan pengajaran merupakan unsur mutlak untuk meninggikan kecerdasan
rakyat. Itulah sebabnya Muhammadiyah sangat mementingkan pendidikan dan
pengajaran di samping gerakan keagamaan tentunya. Untuk meningkatkan pendidikan
pemuda, dibentuk organisasi kepanduan yang disebut Hizbul Wathon. Untuk meningkatkan
pendidikan dan kecakapan wanita, Muhammadiyah membentuk organisasi Aisiyah.
Dalam perkembangan selanjutnya, pemudi-pemudi Aisiyah membentuk Nasyiatul
Aisiyah. Sesuai perkembangan zaman, sekarang Muhammadiyah juga mendirikan
rumah-rumah sakit, rumah yatim piatu, sekolah-sekolah, dan usaha-usaha sosial
kebudayaan yang lain.
2) Nahdatul Ulama
Nahdatul Ulama (NU) didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari di
Surabaya pada tanggal 21 Januari 1926. K.H. Hasyim Asy’ari adalah pengasuh
PondokPesantren Tebu Ireng, Jombang. Asas NU adalah Islam dan kebangsaan ]
Indonesia. NU bersifat nonpolitik dan bergerak di bidang agama,
pendidikan,sosial, dan budaya.
Tujuan pendirian Nahdatul Ulama adalah menegakkan syariat
Islam berdasarkan Mazhab Syafii. Tujuan ini ditempuh dengan cara memelihara
hubungan ulama-ulama empat aliran yang terdapat dalam paham tradisional.
Keempat aliran atau mazhab tersebut adalah Syafii, Maliki, Hanafi, dan Hambali.
Cara lain yang ditempuh adalah dengan mendirikan sekolah dan pesantren
sertamewujudkan pikiran rakyat untuk berjuang mencapai kemerdekaan.
Dalam kongres yang dilaksanakan pada tahun 1928 di Surabaya,
Nahdatul Ulama menentang adanya pembaruan dari kaum modernis. NU memandang
bahwa kaum Islam reformis dalam beberapa hal bersikap seperti kaum nasionalis
yang tidak berdasarkan agama. Misalnya, keinginan kaum Islam reformis untuk
mempertinggi kedudukan perempuan dalam mencapai perbaikan kehidupan perkawinan
dan keluarga. Oleh karena itu, dalam kongres juga dibicarakan peraturan Islam
tentang perceraian. Kongres juga membicarakan kesukarankesukaran perjalanan
naik haji dan peraturan-peraturan kesehatan di pelabuhan yang tidak memuaskan.
Nahdatul Ulama mempunyai pengaruh besar terutama di Surabaya,
daerah yang berdekatan dengan Karesidenan Kediri, Bojonegoro, dan di sekitar
daerah Kudus.
Pada tahun-tahun selanjutnya, ternyata kegiatan Nahdatul
Ulama lebih menjurus ke bidang politik. Nahdatul Ulama berani menolak kerja
rodi, rencanaperaturan pemerintah tentang perkawinan tercatat, dan wajib militer.
Pada tahun 1946, Nahdatul Ulama, bahkan terjun langsung ke
gelanggang politik dengan masuk ke dalam partai Masyumi. Pada tahun 1952,
Nahdatul Ulama berdiri sendiri sebagai partai politik.
3) Persatuan Muslimin Indonesia (Permi)
Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) adalah nama organisasi
hasil peleburan Sumatera Thawalib, yaitu suatu organisasi Islam yang bercorak
nasionalisme radikal. Setelah kongresnya di Bukittinggi, pada tahun 22
Mei1930, Sumatera Thawalib menjelma menjadi Persatuan Muslimin Indonesia]
(Permi) yang diketuai oleh Mukhtar Luthfi.
Pada mulanya Permi bergerak di bidang sosial, tetapi sejak
tahun 1932 berubah menjadi partai politik yang radikal berhaluan nonkooperatif.
Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Permi mempunyai pengaruh yang luas di Sumatera. Kegiatan aksinya di Sumatera]
meliputi daerah Tapanuli, Bukittinggi, dan Palembang. Karena aksinya yang
]keras, Permi juga mendapat tekanan dari pemerintah kolonial Belanda.
Pemimpin-pemimpinnya termasuk Mukhtar Luthfi ditangkap dan dipenjarakan.]
Akhirnya, pada tanggal 11 Oktober 1937 Permi dibubarkan.
f. Organisasi Pemuda Bersifat Kedaerahan
Organisasi kepemudaan bersifat kedaerahan yang berkembang
pada masa Pergerakan Nasional Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1) Trikoro Dharmo/Jong Java
Gerakan pemuda Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak
berdirinya Budi Utomo. Para pendiri Budi Utomo sebenarnya adalah para pemuda
yang masih menjadi mahasiswa STOVIA. Namun, sejak kongres pertama, kepengurusan
Budi Utomo diambil alih kaum priayi (bangsawan) dan para pegawai negeri.
Tindakan tersebut membuat para pemuda kecewa kemudian keluar dari Budi Utomo.
Pada tanggal 7 Maret 1915, para pemuda mantan anggota Budi
Utomo mendirikan organisasi Trikoro Dharmo di Batavia. Para pemimpinnya, antara
lain R. Satiman Wiryosanjoyo (ketua), Sunardi atau Wongsonegoro (wakil
ketua),Sutomo (sekretaris), dan pengurus lainnya, seperti Muslich, Musodo, dan
Abdul Rachman. Trikoro Dharmo hanya untuk anak-anak sekolah menengah yang
berasal dari Pulau Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo artinya tiga tujuan mulia.
Adapun tujuan organisasi Trikoro Dharmo adalah sebagai
berikut:
a) Mempererat tali hubungan pelajar pribumi pada sekolah
menengah dan perguruan kejuruan.
b) Menambah pengetahuan umum bagi anggotanya.
c) Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa
dan kebudayaan Hindia.
d) Memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan di antara para
pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.
Pada tahun 1918 lewat kongresnya yang pertama di Solo, nama
TrikoroDharmo diubah menjadi Jong Java. Hal itu dimaksudkan agar para pemuda
]dari luar Pulau Jawa yang tata sosialnya berlandaskan budaya Jawa bersedia
]menjadi anggota Jong Java. Kegiatan Jong Java berkisar pada masalah-masalah
sosial dan kebudayaan. Misalnya, pemberantasan buta huruf, kepanduan,
dankesenian. Jong Java tidak ikut terjun dalam dunia politik dan tidak pula
mencampuri urusan agama tertentu. Anggotanya dilarang menjalankan aktivitas
politik atau menjadi anggota partai politik. Akan tetapi, sejak tahun 1924
karena pengaruh gerakan radikal, Syamsuridjal (ketua) mengusulkan agar
anggota yangsudah berusia 18 tahun diberi kebebasan berpolitik dan juga
memasukkan program memajukan agama Islam. Usul ini ditolak. Akibatnya, para
anggota yang menghendaki terjun ke dunia politik dan ingin memajukan agama
Islam mendirikan Jong Islamieten Bond. Organisasi Jong Islamieten Bond
dipimpinoleh Syamsuridjal dengan mengangkat Haji Agus Salim sebagai
penasihatnya.
Karena kuatnya pengaruh pergerakan politik, dalam kongresnya
di Solo (17–31 Desember 1926) ditegaskan oleh ketuanya, Sunardi Jaksodipuro
bahwa tujuan Jong Java tidak hanya terbatas untuk membangun cita-cita Jawa Raya
saja, tetapi harus bercita-cita persatuan dan Indonesia merdeka. Untuk itu,
anggota yang berusia di bawah 18 tahun hanya diperkenankan mengikuti kegiatan
studi, seni, olahraga, dan kepanduan. Anggota yang berusia di atas 18 tahun
boleh mengikuti rapat-rapat politik.
2) Jong Sumateranen Bond (9 Desember 1917)
Sejalan dengan lahirnya Trikoro Dharmo (1915) yang berubah
nama menjadi Jong Java (1918), pada tanggal 9 Desember 1917 di Batavia berdiri
Jong Sumateranen Bond. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
a) mempererat persaudaraan pemuda pelajar dari Sumatra dan
membangkitkan perasaan bahwa mereka terpanggil untuk menjadi pemimpin dan
pendidik bangsa
b) membangkitkan perhatian anggotanya dan orang luar untuk
menghargai adat istiadat, seni, bahasa, kerajinan, pertanian, dan sejarah
Sumatra
Untuk mencapai tujuan itu, dilakukan usaha-usaha sebagai
berikut
a) menghilangkan perasaan prasangka etnis di kalangan
orang-orang Sumatra
b) memperkuat perasaan saling membantu
c) bersama-sama mengangkat derajat penduduk Sumatera dengan
alat propaganda, kursus, dan ceramah-ceramah.
Berdirinya Jong Sumateranen Bond dapat diterima oleh para
pemuda Sumatra yang berada di kota-kota lainnya. Oleh karena itu, dalam waktu
singkat organisasi ini sudah mempunyai cabang di Bogor, Serang, Sukabumi,
Bandung, Purworejo, dan Bukittinggi. Dari organisasi inilah kemudian muncul
tokoh-tokoh nasional, seperti Moh. Hatta, Muh. Yamin, dan Sutan Syahrir. Makin
tebalnya jiwa nasional di kalangan pemuda Sumatera menyebabkan nama Jong
Sumateranen Bond yang menggunakan istilah Belanda diubah menjadi Pemoeda
Soematera.
3) Jong Ambon
Jong Ambon didirikan pada tahun 1918. Sebelum itu, sebenarnya
telah lahir berbagai organisasi yang didirikan oleh orang-orang Ambon.
Misalnya, Ambonsch Studiefonds (1909) oleh Tehupeilory; Ambons Bond (1911)
untuk pegawai negeri: Mena Muria (1913) di Semarang; Sou Maluku Ambon di Ambon.
Organisasi tersebut bertujuan memajukan ekonomi suku bangsa Ambon.
4) Jong Minahasa dan Jong Celebes
Jong Minahasa didirikan pada tanggal 25 April 1919 oleh tokoh
muda Minahasa, Ratu Langie. Jong Minahasa tampaknya sebagai lanjutan dari
organisasi yang telah dibentuk sejak 1912 di Semarang, yaitu Rukun Minahasa.
Pada tahun 1917 muncul pula organisasi Minahasa Celebes di Jakarta. Akan
tetapi, dalam kenyataan Jong Minahasa dan Jong Celebes tidak dapat tumbuh
karena jumlah pelajar dari Sulawesi tidak banyak.
5) Perkumpulan Pemuda Daerah Lainnya
Pergerakan pemuda dari daerah lainnya yang muncul pada
masa
Pergerakan Nasional, antara lain sebagai berikut:
a) Sekar Rukun (1920) didirikan oleh para pemuda Sunda di
Jakarta.
b) Pemuda Betawi didirikan oleh para pemuda asli Jakarta yang
dipimpin oleh Husni Thamrin.
c) Amorsch Verbond didirikan di Makassar (8 Juni 1922) untuk
suku Timor.
d) Jong Batak Bond didirikan untuk suku Batak pada tahun
1926.
g. Organisasi Pemuda Bersifat Keagamaan
Organisasi kepemudaan bersifat keagamaan yang berkembang pada
masa Pergerakan Nasional, antara lain sebagai berikut.
1) Muda Kristen Djawi (MKD)
Organisasi Muda Kristen Djawi didirikan pada tahun 1920. Pada
awalnya organisasi itu menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar dan
pergaulan. Akan tetapi, akhirnya diganti dengan bahasa Indonesia setelah nama
organisasinya juga diubah menjadi Perkumpulan-Perkumpulan Pemuda Kristen(PPPK)
2) Jong Islamieten Bond (JIB)
Organisasi Jong Islamieten Bond didirikan pada tanggal 1
Januari 1925 oleh Syamsuridjal (Raden Sam). Semula ia menjabat sebagai ketua
Jong Java.Karena dua usulnya dalam kongres Jong Java ditolak, Syamsuridjal
bersama kawan-kawannya yang sehaluan keluar dan mendirikan Jong Islamieten Bond
]sebagai organisasi pemuda yang berdasarkan agama Islam. Tujuan Jong Islamieten
Bond adalah mempererat persatuan di kalangan pemuda Islam dan memajukan agama
Islam bagi anggota-anggotanya. Adapun kegiatannya, antara lain mengadakan
kursus-kursus agama Islam, darmawisata, olah raga dan seni, ceramah-ceramah dan
kelompok belajar, serta menerbitkan majalah, brosur, dan buku-buku.
3) Persatuan Murid-Murid Diniyah School (PMDS)
Persatuan Murid-Murid Diniyah School adalah organisasi pemuda
yang dibentuk di dalam lingkungan sekolah keagamaan (Diniyah School).
Organisasi ini didirikan oleh Zainuddin Labai El Yunusy di Padang Panjang
(Sumatera Barat) pada tanggal 10 Oktober 1915.
h. Partai Komunis Indonesia
Benih-benih paham Marxis dibawa masuk ke Indonesia oleh
seorang pemimpin buruh dari Negeri Belanda yang bernama H.J.F.M. Sneevliet. Ia
seorang anggota Sociaal Democratische Arbeider Partij (SDAP) atau lebih dikenal
sebagai Partai Buruh Sosial Demokrat. Sneevliet seorang sosialis demokrat yang
sangat pandai berbicara dan cepat sekali belajar bahasa Indonesia serta bahasa
Jawa. Sneevliet selalu menggunakan kedua bahasa itu dalam berpidato di rapat
umum. Isi pidatonya selalu mengemukakan tentang kemelaratan rakyat dan mengecam
politik pemerintah Belanda. Sneevliet selalu menggunakan kecaman kapitalisme
dan imperialisme dalam setiap rapat maupun saat berpidato.
Pada tanggal 9 Mei 1914, Sneevliet bersama dengan J.A.
Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bergsma berhasil mendirikan Indische Sociaal
Democratische Vereeniging (ISDV) yang berjiwa Marxis. Karena ISDV tidak dapat
berkembang, Sneevliet menyusupkan kadernya ke dalam Sarekat Islam (SI) karena
pada saat itu Sarekat Islam adalah organisasi yang paling besar dan banyak
anggotanya. Sneevliet melakukan infiltrasi dengan cara menjadikan anggota ISDV
sebagai anggota SI atau sebaliknya. Di antara kader yang berhasil disusupkan
dalam Sarekat Islam adalah Semaun dan Darsono.
Pada tahun 1917 Semaun diterima sebagai anggota pimpinan
Sarekat Islam. Dengan cara tersebut, Sneevliet dan kawan-kawan telah mempunyai
pengaruh yang kuat di kalangan SI.
Suksesnya Revolusi Rusia (1917) yang dilandasi oleh Marxisme
dan berubahnya SDAP pada tahun 1918 menjadi Partai Komunis Belanda (CPN) menyebabkan
beberapa anggotanya berasal dari Eropa di dalam ISDV mengusulkan untuk
mengikuti jejak itu. Di dalam Kongres ISDV ke-7 bulan Mei 1920 diusulkan untuk
menggantikan nama ISDV menjadi Perserikatan Kommunist di Hindia. Hasil
pemungutan suara dalam kongres menyetujui pemakaian nama baru itu. Pada bulan
Desember 1920 nama Perserikatan Kommunist di Hindia berubah lagi menjadi Partai
Komunis Indonesia (PKI). Partai Komunis Indonesia yang sudah terbentuk tersebut
dipimpin oleh Semaun sebagai ketua dan Darsono sebagai wakil ketua.
Taktik yang digunakan PKI dalam menumbangkan kekuasaan adalah
melakukan pemogokan dan pemberontakan. Tindakan PKI yang pernah dilakukan
setelah merasa cukup kuat untuk menumbangkan pemerintahan Hindia Belanda,
antara lain sebagai berikut:
1) Mengajak mogok buruh kereta api (1923).
2) Melakukan pemberontakan di beberapa tempat, seperti di
Batavia, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur (serentak tahun 1926), dan
Sumatera Barat (1927).
Dalam waktu singkat pemberontakan PKI dapat digagalkan oleh
pemerintah Hindia Belanda dan banyak pengikutnya yang ditangkap dan dibuang ke
Digul (Papua).
Akibat tindakan yang dilakukan PKI tanpa perhitungan
tersebut, pemerintah Hindia Belanda juga mengadakan tekanan berat terhadap
organisasi Pergerakan Nasional yang lain. Akibatnya, Pergerakan Nasional
melemah sehingga sangatmerugikan bagi perjuangan ke arah Indonesia merdeka.
i. Perhimpunan Indonesia
Pada mulanya Perhimpunan Indonesia bernama Indische
Vereeniging. Organisasi itu didirikan pada tahun 1908 oleh para mahasiswa
pribumi yang belajar di Negeri Belanda. Mereka itu, antara lain R.P.
Sosrokartono, R. Husein Djajadiningrat, R.N. Noto Suroto, Notodiningrat, Sutan
Kasyayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley. Indische Vereeniging
pada awalnya bergerak dalam bidang kebudayaan. Namun, sejak mendapat pengaruh
dari tiga tokoh Indische Partij yang diasingkan ke Negeri Belanda mengubah
suasana dan semangat kegiatan Indische Vereeniging ke dalam bidang politik.
Perubahan makin tampak pada Indische Vereeniging setelah
datangnya Comite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda) yang
dibentuk oleh pemerintah kolonial sebagai usaha untuk mempertahankan Indonesia
dari ancaman Perang Dunia I. Panitia Ketahanan Hindia Belanda itu terdiri atas
R.Ng. Dwijosewojo (BU), Abdul Muis (SI), dan Kolonel Rhemrev seorang
IndoBelanda.
Kedatangan tokoh Tiga Serangkai dan Comite Indie Weerbaar
tersebut telah memberikan beban dan dimensi pikiran baru kepada para mahasiswa
pribumi di Negeri Belanda. Mereka bukan hanya menuntut ilmu, tetapi juga harus]
memikirkan dan memperbaiki nasib bangsanya.
Pada tahun 1922 Indische Vereeniging berubah nama menjadi
Indonesische Vereeniging. Pada tahun 1925 berubah nama lagi menjadi Perhimpunan
Indonesia (PI). Organisasi Perhimpunan Indonesia dipimpin oleh R. Iwa
Kusumasumantri, J.B. Sitanala, Mohammad Hatta, R. Sastramulyono, dan Darmawan
Mangunkusumo. Mereka menyeru kepada seluruh gerakan di di Indonesia supaya
bersatu padu memperjuangkan kemerdekaan. Dengan perubahan itu, terjadi pula
perubahan dasar pikiran dan orientasi dalam pergerakan ]mereka. Majalah mereka
yang terbit sejak 1916 dengan nama Hindia Poetra ] diubah menjadi Indonesia
Merdeka (1925). Dengan demikian, terjadilah pergeseran cara berpikir dan
gerakan yang sangat radikal karena dengan tegasmereka menginginkan Indonesia
merdeka. Para mahasiswa yang sudah lulus dan kembali ke Tanah Air diharapkan
dapat menggerakkan semangat juang untuk memperoleh kemerdekaan.
Pada tahun 1924 saat memperingati ulang tahunnya yang ke-15,
Perhimpunan Indonesia menerbitkan buku yang berjudul Gedenkboek. Buku itu
berisi 13 artikel yang ditulis oleh A.A. Maramis, Ahmad Subardjo, Sukiman
Wirjosandjojo, Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Sulaiman, R.Ng. Purbacaraka,
Darmawan Mangunkusumo, dan Iwa Kusuma-sumantri. Isi buku itu ternyata telah
menggoncangkan dan menghebohkan kalangan pemerintah Hindia Belanda. Disusul
dikeluarkan pernyataan keras dari pengurus PI di bawah pimpinan Sukiman
Wirjosandjojo mengenai prinsip-prinsip yang harus dipakai oleh Pergerakan
Nasional untuk mencapai kemerdekaan.
Karena Perhimpunan Indonesia makin radikal, pemerintah
Belanda mengawasinya dengan ketat. Namun, PI tetap melakukan kegiatan
politiknya.
Dalam usaha memperjuangkan tujuannya, PI menyebarkan
keyakinan:
1) perlunya persatuan seluruh nusa bangsa Indonesia;
2) perlunya seluruh rakyat pribumi diikutsertakan dalam
mencapai kemerdekaan;
3) adanya pertentangan antara penjajah dan terjajah yang
tidak boleh dikuburkan;
4) perlunya segala cara yang harus ditempuh untuk memulihkan
kerusakan jasmani dan rohani rakyat.
Ide perjuangan kemerdekaan dipropagandakan kepada seluruh
penduduk pribumi, baik yang berada di luar negeri maupun di Tanah Air.
Propaganda kepada bangsa-bangsa lain ditujukan kepada Gerakan Komintern
(Moskow) sertaLiga Antiimperialisme dan Penindasan Penjajahan (Brussel).
Propaganda PI ke Tanah Air selain melalui majalah Indonesia
Merdeka juga dengan memasuki perkumpulan belajar (studieclub) yang ada di
berbagai kota, seperti Surabaya, Solo, dan Bandung. Ini dilakukan oleh para
alumni yang pulang dari Nederland. Kecuali itu, PI juga merencanakan pendirian
suatu perkumpulan bernama Sarekat Rakyat Nasional Indonesia (SRNI) pada 1926.
Maksud itu kemudian diurungkan karena PKI masih berdiri dan merupakan partai
besar yang radikal (menghendaki perubahan sampai ke akar-akarnya) dan
revolusioner (menghendaki kemerdekaan pada saat itu juga).
Pada akhir tahun 1926, Semaun berada di Belanda untuk
menghadiri Kongres Liga Antiimperialisme dan penindasan penjajahan bertemu
dengan Hatta. Kedua tokoh itu mengadakan perjanjian kerja sama mencapai
Indonesia merdeka. Perjanjian itu mencurigakan pemerintah Nederland karena di
Indonesia komunis baru saja mempelopori pemberontakan. Hatta bersama Ali
Sastroamijoyo, Nasir Datuk Pamuncak, dan Abulmajid Jayadiningrat kemudian
ditangkap dan diadili. Di sini Hatta mengemukakan pembelaan yang berjudul
Indonesia Vrij (Indonesia Merdeka) dan tidak terbukti bersalah sehingga oleh
pengadilan dibebaskan.
j. Partai Nasional Indonesia
Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh kaum muda
terpelajar yang dipimpin oleh Ir. Sukarno pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung.
Kaum muda terpelajar itu tergabung dalam Algemene Studie Club (Bandung).
Kebanyakan dari mereka adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia yang telah
kembali ke Tanah Air. Sebagai Ketua PNI dipilih.
Ir. Sukarno. Partai Nasional Indonesia bersikap radikal. Hal
itu terlihat dari strategi perjuangannya yang berhaluan nonkooperasi. PNI tidak
bersedia menjadi anggota Volksraad yang dibentuk oleh pemerintah.
PNI di dalam anggaran dasarnya menyatakan bahwa tujuan
organisasinya ialah Indonesia merdeka. Tujuan itu hendak dicapai dengan percaya
pada diri sendiri, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial
budaya yang sudah dirusak oleh penjajahan dengan kekuatan sendiri. Semuanya itu
akan dicapai melalui berbagai usaha, antara lain sebagai berikut.
1) Politik
Usaha politik ditempuh dengan cara memperkuat rasa
kebangsaan, persatuan, dan kesatuan; memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan;
mempererat kerja sama dengan bangsa-bangsa Asia; menumpas segala perintang
kemerdekaan dan kehidupan politik.
Dalam bidang politik, PNI berhasil menghimpun organisasi
pergerakan lainnya ke dalam satu wadah yang disebut Permufakatan Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PPPKI dibentuk dalam suatu konferensi
tanggal 17–18 Desember 1927 di Bandung yang bertujuan untuk mencapai persamaan
arah aksi kebangsaan dari berbagai perkumpulan dan menghindarkan perselisihan
yang merugikan.
2) Ekonomi
Usaha ekonomi ini dilakukan dengan cara memajukan perdagangan
rakyat, kerajinan atau industri kecil, bank-bank, sekolah-sekolah, dan terutama
koperasi.
3) Sosial
Usaha sosial ini dilakukan dengan cara memajukan pengajaran
yang bersifat nasional, meningkatkan derajat kaum wanita, memerangi
pengangguran, memajukan transmigrasi, dan memajukan kesehatan rakyat dengan
mendirikan poliklinik dan memberantas pemadatan (morfinisme), serta
mendirikan danmenyokong serikat-serikat pekerja.
Berkat usaha dan perjuangan dari tokoh PNI, seperti Ir.
Sukarno, Ali Sastroamidjojo, Sartono, Sujudi, Iskak Cokrohadisuryo, Dr. Samsi,
dan Budiarto, PNI berkembang sangat pesat. PNI telah mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap Pergerakan Nasional. Ir. Sukarno sebagai seorang ahli
pidato berhasil menggerakkan rakyat sesuai dengan tujuan PNI. Pengaruh PNI
makin meluas ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, dan
Sulawesi.Pengaruh aksi-aksi PNI menimbulkan suasana kesegaran baru di dalam
masyarakat. Pengaruh PNI juga sangat terasa pada organisasi-organisasi pemuda
sehingga melahirkan Sumpah Pemuda dan organisasi wanita yang
melahirkanKongres Perempuan di Yogyakarta pada tanggal 22 Desember 1928.
Kegiatan PNI yang bertujuan mencapai kemerdekaan nasional
dicap pemerintah kolonial sebagai suatu gerakan nasional yang ekstrem. Walaupun
ada peringatan tersebut, cabang PNI tetap tumbuh di seluruh Indonesia. Melihat
gerakan dan pengaruh PNI yang makin meluas, pemerintah kolonial menjadi cemas.
Untuk itu, dilontarkan bermacam-macam isu untuk menjelekkan PNI. Belanda
menuduh PNI akan melakukan pemberontakan pada tahun 1930. Dengan alasan
tersebut, pemerintah Belanda melakukan penggeledahan terhadap kantor dan rumah
tokoh-tokoh PNI untuk mencari dokumen yang berisirencana pemberontakan (24
Desember 1929).
Walaupun tidak ditemukan seperti apa yang diinginkan,
pemimpin PNI, seperti Ir. Sukarno, Maskun, Supriadinata, dan Gatot Mangkupraja,
ditangkap dan dihadapkan ke pengadilan pada tahun 1930. Karena bukti
memberontak tidak ada, dicari dasar tuntutan lain, yaitu menghasut dan
mengadakan perkumpulan yang bermaksud jahat. Mereka pada tanggal 20 Desember
1930 dijatuhi hukuman oleh hakim di pengadilan kolonial Bandung. Ir. Sukarno
dijatuhi hukuman 2 tahun, Maskun dihukum 20 bulan, dan Supriadinata dihukum 15
bulan penjara.
Peristiwa itu merupakan pukulan besar bagi PNI. Atas
inisiatif Sartono pada Kongres Luar Biasa Ke-2 PNI (25 April 1931) organisasi
tersebut dibubarkan. Sartono kemudian mendirikan Partai Indonesia (Partindo)
pada tahun 1931. Sebagian anggota yang lain mendirikan Pendidikan
Nasional Indonesia (PNIBaru).
k. Partai Indonesia (Partindo)
Partai Indonesia (Partindo) didirikan oleh Sartono. Partindo
mempunyai tujuan perjuangan sama dengan PNI, yaitu mencapai Indonesia merdeka.
Dasar ]perjuangan Partindo adalah nonkooperatif, tidak menggantungkan diri pada
orang lain, serta aktif menentang penjajahan. Tujuan itu akan tercapai dengan
cara memperluas hak-hak politik menuju pemerintahan yang demokratis dan
perbaikan ekonomi rakyat. Partindo dalam hal agama bersikap netral. Partindo
memperjuangkan kebebasan berserikat dan berkumpul, kebebasan pers, mengusahakan
perkumpulan-perkumpulan tani, dan pemberantasan buta huruf. Kedudukan Partindo
makin kuat setelah Ir. Sukarno membantu memimpin Partindo.
Karena Partindo bersifat radikal, pemerintah Belanda
melakukan tindakan pengawasan serupa dengan PNI. Mulai tahun 1931 pemerintah
kolonial Belanda memperketat pengawasannya terhadap Partindo. Pemerintah
kolonial Belanda melarang persidangan Partindo di seluruh Tanah Air dan
melarang para pegawainegeri masuk menjadi anggotanya.
Pemerintah Belanda kembali menangkap Ir. Sukarno dan
mengasingkannya ke Flores pada tahun 1934. Pada tahun 1938 Ir. Sukarno
dipindahkan ke Bengkulu dan pada bulan Februari dipindahkan ke Padang. Ir.
Sukarno barubebas pada zaman Jepang (tahun 1942).
Partindo tidak dapat berkembang karena mendapat tekanan keras
dari pemerintah Belanda dan para pemimpinnya ditangkap. Pada tahun 1936
Partindo dibubarkan oleh Sartono.
l. Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru)
Pendukung PNI yang menyebut dirinya Gerakan Merdeka dan tidak
menyetujui politik Sartono, mendirikan organisasi baru yang disebut Pendidikan
Nasional Indonesia (PNI Baru). PNI Baru lahir pada tahun 1931. PNI Baru
berhaluan nasionalis dan demokrasi. Dari PNI Baru muncul tokoh Sutan Syahrir
(20 tahun) yang pada waktu itu masih menjadi mahasiswa di Amsterdam. Ia pulang
ke Tanah Air atas permintaan Moh. Hatta untuk menjadi ketua partai. Walaupun
cita-cita dan haluan kedua partai itu sama, yaitu kemerdekaan dan
nonkooperatif, strategi perjuangannya berbeda. PNI Baru lebih menekankan pada
pentingnya pendidikan kader, sedangkan Partindo lebih menekankan aksi massa
untuk mencapai kemerdekaan.
Sifat perjuangan PNI Baru adalah nonkooperatif. Oleh karena
itu, pemerintah Belanda pun melakukan tindakan serupa dengan Partindo. Drs.
Moh. Hatta dan Sutan Syahrir ditahan selama 11 bulan. Pada awalnya, kedua tokoh
tersebut diasingkan ke Boven, Digul, kemudian dipindahkan ke Sukabumi. Mereka\
dibebaskan pada saat pendudukan Jepang.Karena pemerintah Belanda mengadakan penekanan
dan menangkap para pemimpinnya, perjuangan PNI Baru tidak banyak membawa hasil.
Akibat tindakan keras Gubernur Jenderal de Jonge, PNI Baru pada tahun
1936 tidak berdaya dan mengalamikelumpuhan.
m. Partai Indonesia Raya (Parindra)
Dokter Sutomo pendiri Budi Utomo pada tahun 1931 mendirikan
Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) sebagai kelanjutan dari Indonesische Studie
Club yangdidirikan pada tahun 1924. Dokter Sutomo bermaksud menempuh jalan
]kooperasi dalam satu wadah partai besar. Untuk menyatukan partai-partai kecil
agar memperoleh kekuatan besar, pada tanggal 24–26 Desember 1935 di Surakarta
diadakan kongres fusi Budi Utomo dengan Persatuan Bangsa Indonesia. Hasil fusi
menghasilkan partai baru yang disebut Partai Indonesia Raya (Parindra). Sebagai
ketua terpilih dr. Sutomo. Kantor pusat Parindra ditetapkan di Surabaya. Selain
Budi Utomo dan PBI, Serikat Sumatera dan Serikat Celebes bergabung pula ke
dalam Parindra. Tujuan partai tersebut tercantum dalam namanya, yaitu Indonesia
Raya. Untuk mencapai tujuan itu, dilakukan usaha sebagai berikut:
- memperkukuh semangat persatuan kebangsaan Indonesia,
- menjalankan aksi politik sehingga diperoleh pemerintahan yang berdasarkan demokrasi dan nasionalisme, dan
- meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik di bidang ekonomi maupun sosial dengan bekerja keras.
Dalam kongresnya yang pertama di Batavia pada tanggal 15–18
Mei 1937, Parindra mengambil sikap kooperatif. Dengan sikap yang moderat,
Parindra]dapat mendudukkan wakilnya dalam Volksraad. Parindra berjuang untuk memasukkan
wakil sebanyak-banyaknya dalam Dewan Perwakilan Rakyat sehingga ]dapat
memengaruhi politik pemerintah. Parindra banyak bergerak dalam bidang
pemberantasan buta huruf dan perbaikan pelajaran. Untuk memperbaiki
]perekonomian rakyat, Parindra membentuk organisasi Rukun Tani, membentuk
serikat-serikat pekerja, menganjurkan swadesi ekonomi, dan mendirikan Bank
Nasional Indonesia.
Kongres kedua Parindra diselenggarakan di Bandung pada
tanggal 24–27 Desember 1938. Karena pada saat itu dr. Sutomo sudah meninggal,
kongres memilih K.R.M.H. Wuryaningrat menjadi Ketua Parindra. Kongres itu
mengambil keputusan, antara lain sebagai berikut:
1) berusaha keras mengurangi pengangguran;
2) tidak menerima orang-orang Belanda peranakan menjadi
anggota;
3) meningkatkan transmigrasi guna memperbaiki kesejahteraan.
n. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Pada tahun 1936 Partindo dibubarkan oleh Sartono. Para mantan
pemimpin Partindo pada tanggal 24 Mei 1937 mendirikan partai baru yang disebut
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Pimpinan Gerindo, antara lain Sartono, Muh.
Yamin, dan Amir Syarifudin.
Sesuai dengan situasi pada saat itu, Gerindo melakukan taktik
perjuangan kooperatif dengan pemerintah kolonial. Dengan demikian, Gerindo
mengizinkan anggotanya duduk dalam Volksraad. Tujuannya adalah mencapai
pemerintahan negara yang berdasarkan kemerdekaan politik, ekonomi, dan sosial.
Dalam kongres keduanya di Palembang, Gerindo memutuskan bahwa peranakan Eropa,
Tionghoa, dan Arab dapat diterima menjadi anggota partai.
Karena kedudukan Muh. Yamin sebagai anggota Volksraad atas
tunjukanpartai lain, ia dipecat dari keanggotaan Gerindo. Muh. Yamin kemudian
mendirikan partai baru yang disebut Partai Persatuan Indonesia (Parpindo).
Partai tersebut bersifat kooperatif dan bertujuan mencapai kemajuan masyarakat
dan negara berdasarkan keinginan rakyat.
0 komentar:
Posting Komentar